RISALAH PUASA (3)

CATATAN TENTANG PENENTUAN RAMADHAN

Seringkali masyarakat mempertanyakan tentang penentuan Ramadhan yang berbeda-beda. Apakah perbedaan ini merupakan fenomena yang baru belakangan terjadi?
Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Kuraib kiranya dapat menjawabnya.

عن كُرَيْبٍ قَالَ: اسْتَهَلَّ عَلَيَّ رمَضَانَ وَ أَنَا بِالشَّامِ، فَرَأَيْتُ الْهِلاَالَ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ ثُمَّ قَدَمْتُ الْمدِينَةَ فى آخر الشهر فسألني ابن عباس رضي اللّٰه  عنه: متى رأيتم الهلال? فقلت رأيناه ليلة الجمعة فقال أنت رأيته? قلت نعم ورآه الناس وصاموا وصام معاوية فقال كلنا رأيناه ليلة السبت فلا نزال نصوم حتى نكمل ثلاثين أو نراه فقلت أو لا تكتفي برأية معاوية و صيامه? قال لا هكذا أمرنا رسول اللّٰه  صلعم.
"Kuraib pernah berkata: Saya memulai puasa Ramadhan saat saya berada di Syam. Waktu itu saya melihat hilal pada malam Jumat. Lalu saya pergi menuju Madinah dan tiba di sana di akhir Ramadhan. Di Madinah Abdullah Ibn Abbas ra. bertanya pada saya,  kapan kamu melihat hilal?
Saya menjawab,  kami melihat hilal di malam Jumat.
Ibn Abbas :  Engkau melihatnya?
Kuraib :  Ya dan orang-orang melihatnya lalu mereka berpuasa bersama Muawiyah ra.
Ibnu Abbas :  Orang-orang di sini melihat hilal malam Sabtu maka kami tetap berpuasa hingga genap 30 hari atau hingga kami melihat hilal.
Kuraib : Tidakkah memadai penglihatan hilal Muawiyah dan puasanya?
Ibnu Abbas :  Tidak. Seperti inilah Rasulullah SAW mengajarkan kami. (HR. Muslim/ 1087)
Atas dasar hadits diatas para ulama berpendapat, wajib hukumnya seseorang mengikuti ketetapan waktu Ramadhan yang berlaku di suatu wilayah. Contoh kasus:
1. Almi warga Indonesia dan tinggal di Jakarta. Pada hari Kamis malam ia berangkat ke Malaysia dan akan berada di sana hingga Jumat sore. Saat ia berangkat dari Jakarta,  pemerintah beserta ulama Indonesia menetapkan tanggal 1 Ramadhan jatuh pada hari Sabtu. Ternyata ketika ia tiba di Malaysia,  pemerintah dan ulama Malaysia menetapkan hari Jumat telah masuk Ramadhan. Maka pada hari Jumat esoknya,  Almi wajib berpuasa. Almi wajib mengikuti ketetapan waktu Ramadhan yang berlaku di sana.
Sebaliknya Rulli warga Malaysia. Pada waktu yang sama dengan Almi,  ia berangkat ke Indonesia. Maka Rulli pada hari Jumat tidak berpuasa. Karena di Indonesia telah ditetapkan Ramadhan dimulai pada hari Sabtu.

2. Khair warga Indonesia. Pada Kamis malam di akhir Ramadhan ia berangkat ke Malaysia. Sebagai warga Indonesia, ia baru berpuasa 28 hari. Ketika ia tiba di Malaysia malam itu,  ternyata di sana ditetapkan hari Jumat adalah Hari Raya Idul Fitri. Maka esok harinya,  hari Jumat,  Khair tidak berpuasa. Ia wajib mengikuti ketetapan yang berlaku di sana. Maka Khair berarti harus meng-qadha puasa satu hari. Sebab Khair baru berpuasa 28 hari. Sedangkan jumlah hari dalam hitungan tahun hijriah paling sedikit 29 hari dan paling bayak 30 hari.

3. Fajar warga Indonesia yang bekerja di Malaysia. Ia bersama warga Malaysia telah berpuasa 30 hari. Pada malam takbiran ia berangkat ke Indonesia untuk pulang kampung. Di Indonesia ternyata ketetapan Ramadhan berselisih satu hari dengan Malaysia. Maka di Indonesia puasa Ramadhan masih satu hari lagi. Walhasil, Fajar keesokan harinya wajib imsak (menahan diri dari makan dan minum). Ia harus mengikuti ketetapan yang berlaku di Indonesia.

HIKMAH:
1. Perbedaan waktu Ramadhan antara satu wilayah dengan wilayah lain yang berbeda mathla' sangat memungkinkan.

2. Perbedaan itu tidak mengurangi keutamaan Ramadhan sama sekali dan juga bukan sesuatu yang buruk bagi semangat persatuan umat. Maka perpecahan tidak perlu lahir dengan sebab berbeda ketetapan waktu Ramadhan.

3. Kewajiban taat pada ulil amri termasuk perintah agama (lihat QS. An-Nisa: 59). Ketika umat cenderung taat pada ulil amri maka perpecahan umat tentunya tidak akan terjadi.

4. Ramadhan mengajarkan kita untuk mengendalikan hawa nafsu. Maka tunduk dan taat pada ketetapan ulil amri sangat sejalan dengan semangat Ramadhan tadi.

Wallahu a'lam bish shawab

AJF

Rujukan:
١. الفقه المنهجى على مذهب الشافعى للدكتور مصطفى البغى و الدكتور مصطفى الخن
٢. حاشية البيجورى

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CATATAN PERJALANAN ZIARAHI PARA KEKASIH (Bagian 1)

RATIB AL HADDAD LI QUTHBI AL IRSYAD WA AL BILAD ALHABIB ABDILLAH IBN ALAWI ALHADDAD

DOA TAHLIL