SHALAT HAJAT 12 RAKAAT


       Di masa pandemi Covid 19 ini, hal terbaik yang sepantasnya kita lakukan adalah mendekat kepada Allah SWT. Apalagi sesudah aneka usaha dilakukan guna menekan penyebaran virus Corona tetapi hasilnya belum memuaskan. Ini bukti kelemahan manusia. Maka sebagai pengakuan atas kelemahan diri itulah kita bersimpuh di hadapan Allah SWT. Kepada-Nya diadukan persoalan yang rumit ini. Yang kita minta adalah keselamatan dan diangkatnya musibah ini. Karena itulah yang seharusnya dilakukan seorang hamba ketika menghadapi kesulitan. Hal ini sesuai dengan pesan Rasulullah SAW pada seorang sahabat:

أَنَّ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهِ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَتَى عَلَى رَجُلٍ وَ هُوَ يُصَلِّى وَ هُوَ يَقُوْلُ فِى دُعَائِهِ: اَللَّهُمَّ إِنِّى أَسأَلُكَ الصَّبْرَ. قَالَ: سَأَلْتَ الْبَلَاءَ فَسَلِ اللَّهَ الْعَافِيَةَ.(رواه أحمد)

Artinya: ”Rasulullah SAW pernah menemui seseorang yang sedang shalat sambil melantunkan doa, “ya Allah. Aku sungguh-sungguh memohon kepada-Mu agar dianugerahi kesabaran.” Rasulullah menyahutinya, “engkau telah meminta musibah. Mintalah kepada Allah keselamatan.” (HR. Ahmad)

          Maksud hadits diatas, hanya meminta kesabaran saat tertimpa musibah mengisyaratkan sikap tidak ingin musibah dihilangkan atau tidak mungkin dihilangkan. Padahal Allah Maha Kuasa untuk menghapus musibah seberat apapun. Di sisi lain bersikap sabar saat tertimpa musibah memang sebuah keharusan. Sabar dalam pengertian menerima musibah itu sebagai bagian dari kehendak Allah. Selanjutnya sebagai hamba yang meyakini Kemahakuasaan dan Kemahamurahan Allah SWT maka doa yang dipinta adalah mohon keselamatan dan penghentian musibah. Doa yang dipinta pun harus diyakini akan dikabulkan. Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Ghafir ayat 60:

وَ قَالَ رَبُّكُمْ أُدْعُوْنِى أَسْتَجِبْ لَكُمْ

Artinya: “Tuhan kalian telah berfirman, “berdoalah kepada-Ku maka Aku akan mengabulkan permintaan kalian.”


Shalat Hajat

         Banyak cara yang dapat dilakukan oleh seorang hamba untuk meminta bantuan pada Tuhannya. Di antara cara yang terbaik adalah meminta dengan didahului pelaksanaan ibadah shalat. Shalat yang dimaksud adalah shalat yang dikerjakan secara khusus untuk menyampaikan permohonan kepada-Nya. Shalat semacam ini disebut dengan shalat hajat.

         Syekh Abdul Mukti Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani (biasa dikenal dengan nama Syekh Nawawi Al-Bantani) mengajarkan cara shalat hajat yang baik. Pesan beliau ini ditulis dalam karya tulisnya yang berjudul Nihayah Az-Zain Fi Irsyad Al-Mubatadi’in sebagai berikut:

و منه صلاة الحاجة, فمن ضاق عليه الأمر و مسته حاجة فى صلاح دينه و دنياه و تعسر عليه ذلك فليصل هذه الصلاة الآتبة. روي عن وهيب بن الورد أنه قال: إن من الدعاء الذى لا يرد أن يصلى العبد ثنتى عشرة ركعة يقرأ فى كل ركعة بفاتحة الكتاب و آية الكرسى و (قل هو الله أحد)

Artinya: Dan diantara shalat yang disunnahkan adalah shalat hajat. Maka seseorang yang mengalami kesulitan atau kesukaran yang membutuhkan adanya perbaikan dalam persoalan agamanya atau dunianya maka sebaiknya ia mendirikan shalat sebagaimana akan disebut berikut ini. Diriwayatkan dari Wuhaib bin Warad bahwa beliau berkata, “sesungguhnya diantara doa yang tidak tertolak adalah doa dari seorang hamba yang mendirikan shalat dua belas rakaat (shalat dua rakaat diulang hingga enam kali). Pada setiap rakaat ia membaca surat Al-Fatihah lalu Ayat Kursi dan surat Al-Ikhlash (masing-masing satu kali).

فإذا فرغ قال: سُبْحَانَ الَّذِى لَبِسَ الْعِزَّ وَ قَالَ بِهِ, سُبحَانَ الَّذِى تَعَطَّفَ بِالْمَجْدِ وَ تَكَرَّمَ بِهِ, سُبحَانَ ذِى الْعِزِّ وَالْكَرَمِ, سُبحَانَ ذِى الطَّولِ أَسأَلُكَ بِمَعَاقِدِ الْعِزِّ مِنْ عَرْشِكَ, وَ مُنْتَهَى الرَّحْمَةِ مِنْ كِتَابِكَ, وَ بِاسْمِكَ الْأَعْظَمِ وَ جَدِّكَ الْأَعْلَى وَ كَلِمَاتِكَ التَّامَاتِ الْعَامَّاتِ الَّتِى لَا يُجَاوِزُهُنَّ بِرٌّ وَ لَا فَاجِرٌ, أَنْ تُصَلِّى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

 Artinya: Setelah shalat ia berdoa, “Maha Suci Zat yang Maha Mulia dan Maha Agung Titah-Nya. Maha Suci Zat yang Maha  Pemurah dan Maha Memberi. Maha Suci Zat yang memiliki kemuliaan dan kemurahan. Maha Suci Zat Pencurah anugerah. Aku memohon kepada-Mu –dengan lingkaran kemuliaan Arasy-Mu, keluhuran kasih dalam ketentuan-Mu. Dengan nama-Mu Yang Maha Agung, kemurahan-Mu yang tak tertandingi, kalimat-kalimat-Mu yang sempurna dan meliputi segalanya. Yang tidak dapat dicapai oleh hamba yang taat apalagi yang durhaka—agar Engkau limpahkan rahmat-Mu pada junjungan kami Nabi Muhammad beserta keluarga beliau.”


ثم يسأل حاجته التى ال معصية فيها, فيجاب إن شاء الله عز و جل.

Artinya: Kemudian orang yang berdoa tadi dapat menyampaikan segala keinginannya yang tidak mengandung kemaksiatan. Niscaya Allah Yang Maha Mulia dan Agung akan mengabulkan sesuai kehendak-Nya.


Tata Cara Shalat Hajat 12 Rakaat

1. Takbiratul ihram bersamaan dengan niat shalat hajat dua rakaat:

أُصَلِّى سُنَّةَ الْحَاجَةِ رَكْعَتَيْنِ أَدَاءً لِلَّهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatal hajati rak’ataini ada-an lillahi ta’ala

Artinya: “Aku menyegaja shalat sunnah hajat dua rakaat tunai karena Allah  ta’ala”

2. Membaca doa istiftah

3. Membaca surah Al-Fatihah

4. Membaca Ayat Kursi

5. Membaca surah Al-Ikhlash

6. Rukuk dan seterusnya hingga selesai rakaat pertama dan dilanjutkan ke rakaat kedua.

7. Melanjutkan shalat di rakaat kedua dengan membaca Al-Fatihah, Ayat Kursi, dan surah Al-Ikhlash.

8. Menutup shalat dengan salam.

9. Mengulangi shalat hajat dua rakaat hingga enam kali (jumlah shalat hajat seluruhnya dua belas rakaat).

10. Membaca doa setelah selesai shalat hajat dua belas rakaat, sebagai berikut:

سُبْحَانَ الَّذِى لَبِسَ الْعِزَّ وَ قَالَ بِهِ, سُبحَانَ الَّذِى تَعَطَّفَ بِالْمَجْدِ وَ تَكَرَّمَ بِهِ, سُبحَانَ ذِى الْعِزِّ وَالْكَرَمِ, سُبحَانَ ذِى الطَّولِ أَسأَلُكَ بِمَعَاقِدِ الْعِزِّ مِنْ عَرْشِكَ, وَ مُنْتَهَى الرَّحْمَةِ مِنْ كِتَابِكَ, وَ بِسْمِكَ الْأَعْظَمِ وَ جَدِّكَ الْأَعْلَى وَ كَلِمَاتِكَ التَّامَاتِ الْعَامَّاتِ الَّتِى لَا يُجَاوِزُهُنَّ بِرٌّ وَ لَا فَاجِرٌ, أَنْ تُصَلِّى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Subhanal ladzii labisal ‘izza wa qaala bih, subhanal ladzii ta’aththafa bilmajdi wa takarrama bih, subhana Dzil ‘izzi wal karam, subhana Dzith thawl, as-aluka bima’aaqidil ‘izzi min ‘arsyik wa muntahar Rahmati min kitabik, wa bismikl a’zham wa jaddikal a’laa wa kalimaatikat taammaatil ‘aammaatil latii laa yujaawizuhunna birrun wa laa faajir, an tushalliya ‘alaa Sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa aali Sayyidinaa Muhammad

Artinya: “Maha Suci Zat yang Maha Mulia dan Maha Agung Titah-Nya. Maha Suci Zat yang Maha Terpuji dan Maha Memberi. Maha Suci Zat yang memiliki kemuliaan dan kemurahan. Maha Suci Zat Pencurah anugerah. Aku memohon kepada-Mu –dengan lingkaran kemuliaan Arasy-Mu, keluhuran kasih dalam ketentuan-Mu. Dengan nama-Mu Yang Maha Agung, kemurahan-Mu yang tak tertandingi, kalimat-kalimat-Mu yang sempurna dan meliputi segalanya. Yang tidak dapat dicapai oleh hamba yang taat apalagi yang durhaka—agar Engkau limpahkan rahmat-Mu pada junjungan kami Nabi Muhammad beserta keluarga beliau.

11. Melanjutkan doa dengan menyebutkan segala hajat kepada Allah SWT. 

Catatan: Di masa pandemi ini sebaiknya dipanjatkan doa kepada Allah SWT agar mengangkat wabah covid 19 dari negeri ini, melindungi seluruh penduduk negeri dari terpapar covid 19, dan menyembuhkan orang-orang yang telah terpapar covid 19.

12. Menutup doa dengan shalawat atas Nabi Muhammad SWT dan memuji Allah SWT (hamdalah).


Peringatan: Guru kami, KH. Bunyamin Muhammad, menekankan agar amalan shalat hajat ini tidak dipraktekkan untuk hal-hal yang buruk. Dosa besar justru yang akan mengiringi keterkabulan doa yang dipanjatkan. Peringatan ini disampaikan ketika teks lanjutan dari Syekh Nawawi dibacakan:

لا تعلموها لسفهائكم فيتعاونوا بها على معصية الله عز و جل.

Artinya: Amalan ini jangan diajarkan pada orang bodoh (pelaku kemaksiatan) karena mereka akan memanfaatkannya untuk melakukan sesuatu yang dilarang Allah Azza wa Jalla.


      Demikian tata cara shalat hajat dua belas rakaat. Semoga Allah SWT mengabulkan doa kita dan menyelamatkan negeri ini dari wabah Covid 19. Amin ya Rabbal ‘alamin.

          Wallahu a’lam bishshawab.


Jagakarsa, 1 Juli 2021

By AJF

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CATATAN PERJALANAN ZIARAHI PARA KEKASIH (Bagian 1)

RATIB AL HADDAD LI QUTHBI AL IRSYAD WA AL BILAD ALHABIB ABDILLAH IBN ALAWI ALHADDAD

DOA TAHLIL